Sabtu, 11 Januari 2014

Kuburan Zaman

disecarik kertas lusuh ini
seonggak tubuh terbaring
ribuan tetes air mata mengalir
menyerupai sungai tua karya nenek moyang
petuah leluhur menjadi  alasan
tuk ramaikan dunia dengan terka
bunyi bunyi lisan mengguruh diawan
munajat mengantarkan jiwa
jalan buntu peradaban tersentak
jalan pulang berbelok arah
jiwa setia meronta
berteriak ingin pulang
menghadap tuhan dengan terka
gelap sudang pandangan manusia
dalam bijana kehidupan fana
tapak jejak usang melanda
kuburan zaman mulai berkata kata
berharap tuhan memanggil
tapi tuhan hendak bercerita
tentang harga sebuah ukuran
ketika bumi dibalikkan
ketika jasad menjadi tulang belulang
gunung gunung bertabrakan
manusia masih saja tak ingat tuhan
kuburan zaman
tertutup cahaya terang

Gegap gempitaku

dipenghujung sunyi ini
berdiriku di garis katulistiwa
menyuarakan bunyi
dalam bising nya ibu kota
ayunan langkah ini
serasa terbang ke angkasa
biru sudah langit ku lewati
walau tanpa sinar terang
dengan sebilah bulan sabit
semilir malam mulai menyapa ku lagi
dipenghujung jalan kesunyian
kabut hitam dibarat mulai menghitamkan awan
awan dari timur mulai beriringan
berpadu menggumpal
berseteru dalam kesepakatan dunia
bintang kejora malam itu
menyihir malam jadi indah
dan sangat indah
disudut trotoar sempit ini
berlari anak kecil sempoyongan
saat situa renta menggendong sang generasi
terpapa diatas tumpukan sampah
sampah kehidupan dalam binarnya gemerlap malam
membusuk ditelan kegagahan
situa renta menengadah ke langit
dia bertanya pada langit
akankah besok awan membiru lagi ...??
saat awan membiru
dia masih termangu disudut trotoar
sebuah harapan menyibak jidatnya
adakah zaman kemerdekaan itu tiba
ah dunia ini sudah terbalik
siapakah sampah dunia ini ..??
aku kah atau merekakah ..??
saat sudut zaman menampakan perhiasannya
waktu itu kangit masih gelap
situa meneruskan pejalanan nya
menyusuri lorong lorong kecil ibu kota ... 
jejak jejaknya yg terasing
hinggap digubuk gubuk kecil
memanggil manggil sang generasi
dia berkata :
ada berita langit yg turun keibu kota
ada petuah alam yg menerpa tanpa henti
situa berceloteh bak pujangga kholil gibran
menabrak realita membangun dunia maya
dunia maya budak angon
yg tumbuh di tanah perdikan
bersandar dibawah pohon kurma
memetakan dunia dalam genggaman
orang bilang siapa sangka ..
masih ada sejengkal langkah tuk membelah dunia
dunia abu abu ini
berwujud nyata dalam maya
Bangkitlah wahai sang generasi
Alam telah merindukan mu ...